Oleh Hidayat
Selesai 8 Desember 2008
Obama lagi Obama lagi. Biar tidak lupa. Biasanya setelah senang-senang terus lupa. Setelah senang-senang dengan Obama, terus lupa nagih janjinya beliau. Ada tulisan yang sangat menarik dari Chris Hedges[1] berjudul “America the Illiterate” (www.informationclearinghouse.info/21239.htm ), alias Amerika si “buta huruf”, yang memaparkan betapa rakyat Amerika (dan dunia) sekarang terbagi menjadi dua, yaitu mereka yang “melek huruf” dan yang “tidak.” Perbedaan ini melampaui sekedar perbedaan ras, agama, dan warna kulit. Mereka yang “melek huruf”, alias literate, yang tentu saja minoritas, berkutat di dunia yang berbasis tulisan (alias gemar membaca), yang dapat mencerna informasi dari teks, yang mampu berhubungan dengan kompleksitas fenomena dunia dan mempunyai alat intelektual untuk memisahkan mana yang ilusi dan mana yang kebenaran. Yang illiterate, alias “buta huruf” (baca: bisa tapi tidak mau membaca), yaitu mayoritas kita, hidup di dunia yang berbasis pada non-realitas, yang bergantung pada citra-citra yang dimanipulasi sebagai informasi. Mereka tidak bisa membedakan mana realitas dana mana ilusi.
Nah, apa hubunganya dengan Obama? Kampanye politik saat ini dibangun untuk menciptakan “empowerment”, alias penguat emosional yang tidak memerlukan ketrampilan pikiran kritis, kata Hedges. Nah ini lebih diminati banyak orang karena tidak harus berpikir untuk memilih sesuatu. Si “buta huruf” tadi lebih memilih ilusi-ilusi yang menyenangkan, lewat semboyan-semboyan kosong seperti “Change we can believe in”, “maverick”, “war on terror”, “support our troops”, “bersama kita bisa” dan lain-lain. Semboyan dan citra-citra menarik hati itu langsung mengena ke emosi kita bukan ke pikiran kita. Coba pikir saja, apa artinya, nanti pasti malah bingung sendiri. Nah dalam kasus ini yang paling berhasil memang Obama yang berjanji akan merubah segalanya. Sayang sekali itu cuma omong kosong. Mari kita lihat apa yang akan “dirubah” Obama.
Pertama kita lihat sudut pandang Obama tentang beberapa isu global yang sebenarnya tidak beda sama sekali dari pandangannya Bush, malah ada yang lebih parah (diambil dari artikel Jeremy Scahill, lihat footnote 2 atau end note):
- Obama akan memfokuskan pada peningkatan kekuatan untuk berperang di Afghanistan. Ia bahkan akan menambah pasukan si
- Rencana di Irak yang akan tetap menempatkan pasukan Amerika sampai batas waktu yang tidak jelas
- Obama menyebut Pasukan Garda Revolusioner
- Dia juga berjanji akan menyerang
- Posisi Obama di hadapan AIPAC (organisasi
- Obama berjanji untuk mensupport
- Rencana Obama untuk melanjutkan “perang melawan obat bius” yang sudah dilakukan Bush, yang sebenarnya hanya alasan untuk mengintervensi negara-negara Amerika Latin terutama untuk menumbangkan pemerintahan Evo Morales di Bolivia saat ini.
- Setujunya Obama pada Bush untuk mensubsidi perusahaan-perusahaan raksasa Amerika sejumlah 700 miliar dolar untuk “mengatasi” krisis ekonomi (lihat artikel saya “Presiden Obama ‘Anak Menteng’ yang sama gilanya dengan pendahulunya” di www.altermedianet.blogspot.com )
- Obama akan meningkatkan anggaran militer Amerika yang sekarang saja sudah tidak bisa dilampaui negara manapun
Dari situ saja sudah kelihatan kalau Obama memang tidak menjanjikan perubahan yang signifikan. Dan ini sangat mengherankan. Memang ia berencana menutup penjara
Kemudian kedua, dilihat dari pejabat-pejabat yang akan duduk di cabinet dan pembantu-pembantu Obama saja sudah bisa di pastikan kalau kebijakan (luar negeri) Obama akan sama saja dengan Bush dkk. Kita lihat siapa yang ada didalamnya[3]:
- Joe Biden
Joe Biden adalah wakil AIPAC di pemerintahan Obama yang akan memiliki peran paling kuat dalam mempengaruhi kebijakan Obama karena ia adalah wakil presiden Obama. Dia pernah menghalangi dua pejabat PBB untuk urusan inspeksi senjata untuk bersaksi didepan juri untuk memutuskan apakah Amerika akan menyerang Irak atau tidak di tahun 2003. Mereka berdua adalah Scott Ritter mantan kepala United Nations Weapons Inspector, dan Hans von Sponeck, mantan veteran yang mengurusi program PBB untuk Irak. Scahill menyatakan bahwa mereka berdua adalah orang yang paling tahu tentang persenjataan Irak, yang akhirnya menyimpulkan kalau Irak tidak memiliki program nuklir dan senjata pemusnah massal, seperti sekarang juga tidak terbukti. Bahkan von Sponeck menulis di Op-Ed News di tahun 2002 yang menyatakan kalau baik Departemen Pertahanan Amerika dan CIA tahu benar kalau Irak bukanlah sebuah ancaman.
Justru Bidenlah yang ngotot saat itu kalau perang Irak adalah sebuah kesimpulan. Biden juga setia terhadap
2. Rahm Emmanuel.
Dia telah ditunjuk Obama menjadi Chief Of Staff (Kepala Staf) pemerintahan nanti. Rahm Emmanuel juga seorang pro-Israel sejati seperti Biden. Dia memiliki dua kewarganegaraan,
Ayahnya seorang rasis sejati. Ketika Benjamin Emmanuel diwawancarai koran
, tentang apakan anaknya, Rahm, akan mempengaruhi Obama untuk pro-Israel, dia menjawab dengan pasti:
“Obviously he’ll influence the president to be pro-Israel…. What is he, an Arab? He’s not going to be mopping floors at the White House[4].”
“Tentu saja anak saya akan mempengaruhi Obama untuk pro-Israel…. Memangnya anda pikir dia [Rahm] siapa, orang Arab? Dia tidak akan menjadi pengepel lantai di Gedung Putih.” Dia merendahkan bangsa Arab sebagai sebagai pengepel lantai di Gedung Putih. Hebat.
Bagaimana bila dibalik. “Memangnya anda pikir dia siapa, orang Yahudi?” atau “orang Meksiko?”, pasti akan terjadi hysteria dimana-mana karena tidak wajar untuk merendahkan Yahudi, Meksiko atau yang lainya kecuali Arab[5]. Bapaknya saja menggambarkan betapa Rahm sangat pro-Israel.
3. Hillary Clinton
Hillary resmi dipilih sebagai Menteri Luar Negeri dalam pemerintahan Obama nanti (NY Times,
4. Madeleine Albright
Dari sejumlah mantan pejabat dalam pemerintahan
Albright adalah otak dari terpecahnya
Tentu saja
Kejeniusan Albright dan
5. Richard Holbrooke
Nah ini ada hubungannya dengan
Menurut Brad Simpson, directur dari The Indonesia and East Timor Documentation Project, Holbrooke dan Zbigniew Brzezinski (penulis, sejarawan pemerintah dan penasehat Obama lainya) adalah dua petinggi penting Partai Demokrat yang menghalangi kongresional aktivis perdamaian dunia untuk mencegah invasi Indonesia ke Timor Timur. Malahan, mereka berdua memuluskan bantuan sejata ke
Rekor Holbrooke lainya adalah ia adalah pemain penting dalam penghancuran Yogoslavia. Ia memuji pemboman terhadap Serb Television yang menewaskan 16 wartawan. (yang memberikan perintah pemboman tersebut, Jenderal Wesley Clark, juga salah satu advisor Obama saat ini, yang kemungkinan besar akan mendapat kursi di cabinet). Ia juga supporter perang Irak dengan memuji pidato Collin Powell (yang sangat buruk dan tidak berdasar fakta) tentang betapa berbahayanya Saddam Hussein, si setan Arab yang ingin memusnahkan Amerika (dengan batu???).
6. Dennis Ross
Ross adalah utusan khusus untuk masalah Timur Tengah pemerintahan Bush saai ini dan juga pemerintahan
7. Martin Indyk
Kalau Indyk ini malah pendirinya Washington Institute for Near East Policy tadi. Ia telah lama menjadi pejabat AIPAC serta sebagai Duta Besar untuk
8.
9. Lee Hamilton
Kalau Hamilton ini agak netral. Ia adalah mantan kepala House Foreign Affairs Committee wakil dari Iraq Study Group dan 9/11 Commission, (yang hasil investigasinya dengan James Baker menyimpulkan bahwa Irak tidak punya senjata pemusnah massal, sepenuhnya diabaikan oleh Bush. Googling saja: “Baker-Hamilton Proposal”).
10. Susan Rice
Mantan Asisten Menteri Luar Negeri dan pejabat Dewan Keamanan Nasionalnya Clinton. Kemungkinan besar akan ditunjuk Obama sebagai duta besar untuk PBB. Pro perang Irak dan setuju dengan rencana Amerika dan NATO untuk menyerang
11. John Brennan
Pejabat yang lama berkerja untuk CIA dan mantan kepala National Counterterrorism Center. Brennan adalah salah satu coordinator untuk transisi badan intelijen ke kendali Obama. Ia pendukung metode penyiksaan sebagai teknik interogasi dan pendukung imunitas badan telekomunikasi untuk memata-matai seluruh pengguna telekomunikasi. Program
12. Robert Gates (bukti Obama adalah pembohong!)
Robert Gates adalah Menteri Pertahanan Bush saat ini, yang sekarang oleh Obama dipilih kembali menjadi bagian dari pemerintahan baru, menduduki jabatan yang sama. Disini, seperti diutarakan banyak analis, terlihat betapa tidak ada bedanya antara Demokrat dan Republikan. Dalam pemerintahan Bush saat ini, Gates dipilih menjadi menteri Pertahanan menggantikan Donald Rumsfeld karena alasan krusial. Rumsfeld mengusulkan untuk keluar dari Irak, sehingga Bush harus memecatnya. Penunjukan kembali Gates oleh Obama sangatlah mengherankan. Kontras dengan semboyan kosong Obama “Change we can believe in.” Penunjukan tersebut juga mengindikasikan kalau Amerika tidak akan segera cabut dari Irak.
Gates memiliki rekor luar biasa dalam politik internasional. Dalam pemerintahan Bush I, ia adalah kepala CIA yang terlibat dalam invasi Amerika ke
Tidak hanya itu saja, dibawah Gates, Amerika memodernisasi senjata nuklir mereka (artinya memproduksi senjata baru).
Sangat aneh, mengapa kebohongan Obama sangat mudah dicerna, walaupun dengan semangat, ia saat kampanye menjanjikan akan menarik pasukan dari Irak, akan melucuti senjata nukllir, dll. Seperti diutarakan oleh Matthew Rothschild di The Progressive, 1 Desember 2008 lalu, Obama memilih untuk tidak merubah kebijakan luar negerinya. Hanya bedanya dengan Bush, Obama tidak terlalu agresif, namun lebih efektif.
Bahkan menurut E. J. Dionne di Wahington Post, terpilihnya Obama menjadi presiden berarti menjual kebijakan luar negeri Bush saat ini ke presiden Bush I, karena taktiknya sama seperti Bush I (http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2008/11/27/AR2008112702048.html?hpid%3Dopinionsbox1&sub=AR )
Sedangkan, seperti dikemukakan Pul Craig Roberts[7] (ICH, 5 Desember 2008), bagaimana Obama, yang saat kampanye gembar-gembor soal perubahan, bisa-bisanya menunjuk “wanita paling arogan di dunia” (Hillary Clinton) sebagai Mentri Luar Negerinya? Dan pemerintahan Obama nanti bisa-bisanya dikelilingi para Likudniks, alias para pejabat pro partai Likud
Bagi semua yang mengharapkan perubahan dari Obama, siap-siap saja menelan kekecewaan!
--tentang Gates lihat: “With Gates, Obama Opts fro Empire” di www.informationclearinghouse.info/article21362.htm atau di http://www.progressive.org/mag/wx112608.html )
Untuk selengkapnya tentang pejabat-pejabat (penjahat-penjahat) dalam pemerintahan baru Obama lihat: “This is Change? 20 Hawks, Clintonites and Neocons to Watch for in Obama's White House” oleh Jeremy Scahill di www.informationclearinghouse.info/article21279.htm
Juga artikel terbaru Ralph Nader (Capres independen Amerika 2008) di www.informationclearinghouse.info/21297.htm atau kompilasi lengkap Matt Gonzalez (cawapresnya Nader) tentang para pembantu Obama di http://www.counterpunch.org/gonzalez10292008.html
[2] Tentang bencana kemanusiaan
[3] Untuk lebih lengkap tentang para pembantu Obama di pemerintahanya, yang ternyata didominasi orang-orang lama terutama dari permerintahan
[4] Lih: Paul J. Balles, “Rahm Emanuel’s Israeli Gate” di www.informationclearinghouse.info/21298.htm
[5] Toleransi terhadap rasisme pada bangsa Arab ini dibangun di barat lewat film-film
[6] Interview Ali Abunimah dengan Amy Goodman tadi ada di: http://www.alternet.org/audits/106196/why_iraqis,_afghans,_palestinians,_and_others_might_be_nervous_about_president_obama/?page=4