Tuesday, February 10, 2009

Saya Jadi Ragu Kalau Konflik Israel Palestina Cuma Masalah Politik


Hidayat 10 Feb 09

Sekian lama saya menganggap kalau konflik Israel-Palestina cuma masalah politik saja. Namun setelah melihat agresi Israel ke Gaza kemarin, saya dikonfrontasikan dengan argument yang selama ini saya takuti: Israel-Palestina adalah konflik agama. Berikut adalah faktanya.

Israel adalah negara agama “Yahudi,” seperti Arab Saudi dan Pakistan sebagai negara “Islam.” Dalam serangan ke Gaza kemarin, polling menyebutkna bahwa 80% warga Israel mendukung agresi militer tersebut. Yang menghebohkan saat ini adalah fenomena kemunculan partai-partai kanan yang dalam berbagai poling mendapatkan mayoritas suara di Israel. Selain itu, kemungkinan besar, Benjamin Netanyahu akan memenangkan pemilu hari ini (10 Feb.). Ia berasal dari Partai Likud, partai sangat kanan di Israel (sebenarnya kanan atau kiri sama saja di Israel). Likud adalah partai yang memiliki hubungan paling kental dengan lobi Israel di Amerika (AIPAC dan CPMAJO—Conference of Presidents of Major American Jewish Organizations). Sementara itu, partai ekstrim kanan garis keras (ortodox) Yisrael Beiteinu, pimpinan Avigdor Lieberman juga semakin kuat dukungannya, dan diperkirakan akan menjadi salah satu dari 4 partai penguasa Knesset (parlemen Israel), mengalahklan Partai Buruh nya Ehud Barak. Lieberman sekarang sedang berkampanye untuk mengusir warga Israel keturunan Arab (yang berjumlah satu juta atau sekitar seperlima dari jumlah penduduk Israel), untuk memurnikan Israel. Rencana itu didukung oleh Netanyahu. Lieberman terkenal sangat fasis.

Sementara itu, sentiment jihad terhadap warga Gaza sangat terasa, terutama di kalangan militer. Ini disebabkan karena mayoritas tentara Israel berasal dari kalangan Yahudi Ortodox di “pemukiman” (liar) di Tepi Barat, Palestina. Tambahan lagi, militer Israel sekarang dibajak oleh rabbi-rabbi ekstrim yang berjanji untuk melakukan perang suci melawan bangsa Palestina. Terdapat proses “teologisasi” di dalam militer Israel, yang cukup dikhawatirkan oleh banyak kalangan termasuk petinggi Israel sendiri.

Dalam serangan kemarin, rabbi dari kemiliteran Israel menyebarkan pamphlet kepada Tentara Pendudukan Israel (Israeli Occupation Forces) yang mengajak untuk tidak kenal ampun terhadap penduduk Gaza. Pamflet tersebut ditulis oleh rabbi Shlomo Aviner, ketua seminari (liar) di pemukiman Muslim Tepi Barat, Palestina. Pamflet tersebut telah disetujui oleh pimpinan rabbi militer, Brigjen Avichai Ronsky. Isi pamphlet tersebut adalah diantaranya: “Jika kamu mengasihani para musuh yang kejam, kamu menjadi kejam terhadap pasukan yang jujur dan suci ini… ini adalah perang melawan para pembunuh.” Ia juga menekankan pada tentara IOF agar “tidak menyerahkan satu millimeter pun wilayah Israel Raya.” Israel Raya (Eretz Israel), menurut kalangan ortodox Yahudi (yang mengacu pada kitab suci mereka) mencakup seluruh wilayah Palestina plus Yordania.

Boklet ini dimunculkan untuk meningkatkan “combat value” (nilai pertempuran?), setelah Israel kalah dalam perang melawan Hezbollah, 2006 silam. Brigjen Ronsky (ketua rabbi militer) sendiri adalah seorang ekstrim kanan dan juga pemukim (liar) di Tepi Barat. Ia juga sering mengunjungi teroris Yahudi ekstrim di penjara Israel dan menaungi para pemukim ekstrimis di Tepi Barat. (catatan: pemukiman liar di Tepi Barat adalah politik mantan PM Ariel Sharon, yang memasukkan para warga yahudi ekstrim untuk tinggal di wilayah Tepi Barat Palestina, membangun pemukiman2 liar, untuk mencaplok Jerusalem dan seluruh wilayah Tepi Barat. Semua pemukim adalah kalangan ortodox Yahudi yang kebanyakan berasal dari Amerika).

Para rabbi dalam milter IOF bertujuan untuk mencuci otak para tentara dengan “nilai-nilai religious” agar tidak kenal ampun pada “musuh yang kejam”, kata Ha’aretz. Diantara tentara IOF, 40 % adalah jebolan seminari (illegal) atau yeshiva, di pemukiman illegal di Tepi Barat. Sementara itu, Ehud Barak baru saja memberikan persetujuan untuk membangun 4 yeshiva baru di pemukiman Yahudi ortodox di Jerusalem, Tepi Barat, Palestina.

Doktrin para ekstrimis Yahudi adalah memusnahkan para warga “sub-human” Palestina dan mencaplok seluruh wilayah mereka. Imajinasi para ekstrimis menyebutkan bahwa mereka adalah “manusia pilihan” Tuhan atau “chosen people,” yang superior atas ras lainya. Di Israel sendiri, warga Arab Kristen adalah warga kelas dua, sedangkan Arab Muslim adalah warga kelas tiga (yang keduanya terancam di usir atau dibantai oleh Avigdor Lieberman—Netanyahu menyetujui usulan Lieberman ini, kata Ha’aretz). Para rabbi ekstrimis mengacu pada kitab Talmud yang, katanya, menjanjikan bangsa Yahudi untuk tinggal di Zion (bukit di Jerusalem). Talmud, katanya, juga berkata kalau para “gentile” (atau non-Yahudi, atau goyim dalam bahasa Ibrani, atau kafir dalam istilah Islam) seperti binatang (kera atau babi) yang sama sekali tidak berharga. Mereka mempunyai hak untuk membunuh para “gentile” ini.

Kalau ideologi Zionisme itu sendiri sudah sedemikian rupa fasisnya, saya jadi ragu kalau ini cuma isu politik regional. Belum lagi ketundukan Amerika tanpa syarat pada Israel (Israel adalah negara bagian ke 51), semakin membikin penasaran. Dalam Israel Lobby, Prof. Mearsheimer dan Walt juga memaparkan bahwa lobi Zionis di Konggres terutama dimotori oleh kalangan Kristen Evangelical, yang kemudian disebut sebagai kalangan Christian Zionist, yang mengacu pada kesamaan imajinasi mereka tentang penafsiran kitab suci (kalangan ini pernah mendapat tantangan dari kalangan Kristen Presbyterian Amerika, namun seperti sudah diprediksi, mereka akhirnya lenyap disensor oleh media). Tentu, tidak semua Yahudi adalah Zionist. Kalangan Yahudi Anti-Zionist (Anti-Zionist Jews) selalu berkampanye kalau warga Yahudi Israel telah keblinger dengan Zionisme—yang berideologi fasis eksklusif dan tidak toleran. Kalangan ini mengacu pada fakta sejarah yang menyebutkan bahwa tidak ada pertentangan yang serius antara warga Yahudi dengan Islam. Bahkan selama ribuan tahun, mereka hidup berdampingan dengan damai di Palestina, sampai tahun 1948, dimana minoritas Yahudi Zionis mendirikan negara “Yahudi” Israel. Saat agresi pasukan Salib pun, warga Muslim dan Yahudi Palestina (bahkan warga Kristen Palestina) berjuang bersama dan menjadi korban pembantaian.

Dan yang lebih mengherankan lagi, pemerintahan Obama sekarang adalah pemerintahan yang “paling Zionist” sepanjang sejarah Amerika, menilik pada banyaknya pejabat Zionist dan Kristen-Zionist dan pro-Israel Zionist yang menduduki posisi penting dan berpengaruh di pemerintahan Obama. Bahkan 20 Januari lalu, The Jewish Telegraph Agency, agen berita utama kalangan Yahudi Zionist Amerika, dengan bangga membeberkan daftar pejabat tinggi Obama yang “pro-Zionist” yang bertugas di Timur Tengah. Diantaranya adalah Richard Hoolbroke, Dennis Ross, dan George Mitchell (saya sudah menuliskan tentang ini dalam “Obama dan penjahat-penjahat di pemerintahanya” di blog saya). George Mitchell adalah utusan khusus Obama untuk urusan Timur Tengah yang dipercaya untuk mencari “solusi” konflik Israel-Palestina. Sedangkan Dennis Ross adalah utusan khusus mengenai masalah Iran. Belum lagi para pejabat tinggi seperti wapres Joe Biden, chief of staff Rahm Emmanuel (pejabat tinggi pertama yang berkewarganegaraan ganda, Israel dan Amerika), dan Hillary Clinton (yang berjanji “to obliterate”, akan memusnahkan 70 juta warga Iran jika Iran menyerang Israel), adalah para tokoh yang terkenal pro-Zionist dan dekat dengan AIPAC, lobi Israel terkuat di Amerika.

Sementara itu, saat serangan ke Gaza kemarin, Menlunya Bush, Condoleeza Rice mengusulkan paket resolusi PBB tentang gencatan senjata. Namun PM Olmert langsung menelpon Bush, saat Bush sedang mengisi kuliah, agar Bush menolak resolusi PBB yang digagas oleh Rice sendiri. Akhirnya Amerika abstain dalam resolusi tersebut. Ini sangat mengagetkan, karena terlihat betapa Amerika tidak mampu menghadapi pengaruh Israel. Bahkan Bush lebih mengedepankan kepentingan Israel daripada kepentingan internasional yang dibawa oleh menteri luar negerinya sendiri.

Selain itu Konggres juga menelurkan resolusi yang isinya mendukung serangan Israel. Ini tidak mengagetkan, melihat peran lobi Israel dalam Konggres AS teramat kuat. Hanya anggota Konggres Dennis Kucinich yang menolak resolusi tersebut. Dalam Israel Lobby disebutkan bahwa Konggres sering berdebat panas dalam isu mengenai kesehatan, pajak dll, namun selalu kompak dalam masalah Israel.

Melihat fenomena ini, saya menjadi sangsi, kalau konflik Israel-Palestina adalah konflik politik semata. Melihat rekor diatas, apakah ketakutan saya mendapat pembenaran, sebagaimana telah disadari oleh banyak analis, bahwa konflik ini adalah konflik agama?

Sumber-sumber utama:

“Did the Israeli Army Wage a Jewish Jihad in Gaza?” Jonathan Cook, DissidentVoice.org, February 4th, 2009

“Collusion, Complicity and Sheer Insanity”, Rannie Amiri, Counterpunch.org, Feb. 2, 2009

“Black Flag”, Uri Avneri, InformationClearingHouse.info, Feb 02, 2009

“The Nightmare of Netanyahu Returns”, TheIndependent.co.uk, Feb. 6, 2009

“From Gaza to Tehran”, James Petras, InformationClearingHouse.info, Jan. 31, 2009.

“Can Mitchell turn Jerusalem into Belfast?”, Ali Abuminah, electronicintifada.net, Feb. 2, 2009.

“Elections 2009 / Netanyahu: Lieberman campaign against Israeli Arabs is 'legitimate'”, Haaretz.com Feb. 6, 2009

Israel Lobby”, John J. Measheimer and Stephen M. Walt

“Haaretz Poll: Kadima, Likud are neck-and-neck with 4 days to go”, Haaretz.com, Feb. 7, 2009

Appendiks 1. 51 Organisasi Yahudi Amerika yang menolak proposal gencatan senjata dari Menlu Rice:

1. Ameinu

2. American Friends of Likud

3. American Gathering/Federation of Jewish Holocaust Survivors

4. American-Israel Friendship League

5. American Israel Public Affairs Committee (AIPAC)

6. American Jewish Committee

7. American Jewish Congress

8. American Jewish Joint Distribution Committee

9. American Sephardi Federation

10. American Zionist Movement

11. Americans for Peace Now

12. AMIT

13. Anti-Defamation League

14. Association of Reform Zionist of America

15. B’nai B’rith International

16. Bnai Zion

17. Central Committee of American Rabbis

18. Committee for Accuracy in Middle East Reporting in America

19. Development Corporation for Israel/State of Israel Bonds

20. Emunah of America

21. Friends of Israel Defense Forces

22. Hadassah, Women’s Zionist Organization of America

23. Hebrew Immigrant Aid Society

24. Hillel: The Foundation of Jewish Campus Life

25. Jewish Community Centers Association

26. Jewish Council for Public Affairs

27. Jewish Institute for National Security Affairs

28. Jewish Labor Committee

29. Jewish National Fund

30. Jewish Reconstructionist Federation

31. Jewish War Veterans of the USA

32. Jewish Women International

33. MERCAZ USA, Zionist Organization of the Conservative Movement

34. NA’AMAT USA

35. NCSJ: Advocates on behalf of Jews in Russia, Ukraine, the Baltic States and Eurasia

36. National Council of Jewish Women

37. National Council of Young Israel

38. ORT America

39. Rabbinical Assembly

40. Rabbinical Council of America

41. Religious Zionist of America

42. Union for Reform Judaism

43. Union of Orthodox Jewish Congregations of America

44. United Jewish Communities

45. United Synagogue of Conservative Judaism

46. WIZO

47. Women’s League for Conservative Judaism

48. Women of Reform Judaism

49. Workmen’s Circle

50. World Zionist Executive, US

51. Zionist Organization of America

Appendiks 2. Statistik Akibat Agresi Militer Israel ke Gaza, dari www.pcbs.gov.ps dan berbagai NGO:

  • 1,334 tewas, sepertiganya anak-anak (yang jumlahnya lebih dari militant Hamas yang terbunuh)
  • 5,450 luka-luka, sepertiganya anak-anak
  • 100,000 mengungsi, 50,000 kehilangan tempat tinggal
  • 4,100 pemukiman dan perumahan hancur, 17,000 rusak (digabung menjadi 14% dari seluruh bangunan di Gaza rusak dan hancur)
  • 29 institusi pendidikan hancur, termasuk American International School, Sekolah Internasional Amerika
  • 92 masjid hancur dan rusak
  • 1,500 toko, pabrik dan fasilitas komersia hancur. 20 destroyed ambulances
  • 35-60% tanah pertanian rusak
  • $1.9 Miliar kerugian (taksiran)

Melihat statistic ini, sangat susah membayangkan kalau ini adalah murni isu politik, apalagi mempercayai narasi Israel yang digemakan oleh media diseluruh dunia, bahwa ini adalah “perang terhadap Hamas.” Sementara BBC kemarin menolak iklan kemanusiaan untuk Gaza, sehingga BBC mendapat kecaman dari berbagai kalangan. Ini menunjukkan betapa kuatnya lobi Zionist di media mainstream barat (lihat: Israel Lobby).